Just the Youngster Ideas
Hidup seperti teka-teki yang harus kita
mainkan setiap hari. Tak pernah bisa ditebak. Mungkin manusia hanya diberi
sedikit akal, rasa, dan karsa untuk mengetahui sebagian tentang dunia ini.
Sebagian lainnya masih dirahasiakan oleh Allah. Dahulu, kita tidak pernah
membayangkan akan menikmati kecanggihan teknologi seerti sekarang ini. Semua
terasa sangat luar biasa. Berasal dari setitik harapan dan imajinasi yang
datang dari nenek moyang kita. Mereka
berusaha keras untuk melepaskan belenggu kehidupan sederhana yang sangat
menyiksa mereka. Sehingga terciptalah penemuan besar yang berdampak besar bagi
kehidupan manusia di muka bumi ini. Kita patut bersyukur sekaligus malu karena
saat ini kita telah banyak menyalahgunakan penemuan besar mereka.
Aku yakin mereka pasti sedih melihat
perbuatan kita ini. Sebagai seorang pemudi, saya mempunyai mimpi besar. Bermula dari sebuah kejujuran
yang menjadi pedoman saya untuk mencari jati diri di masa remaja ini yang
pastinya banyak mendapat tantangan dari banyak orang seumuran saya. Saya
belajar banyak hal dari sebuah pengorbanan, kerja keras, kesederhanaan, dan
kejujuran. Saya tidak pernah bermimpi menjadi penguasa dunia. Karena saya yakin
saya bisa lebih dari orang yang menjadi penguasa dunia saat saya bisa
menaklukkan diri saya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin
saja imajinasi yang saya renungkan setiap hari di sudut kamar tidak akan
dianggap masuk akal. Karena ini sungguh gila dan memang tidak masuk akal. Saya
sangat ingin memberikan perubahan di dunia ini karena saya rasa dunia ini
sedang menderita sakit yang cukup parah. Sakit yang dunia ini derita merupakan
hasil dari ulah yang kita lakukan.
Pertama, saya ingin dunia ini kembali
seperti dulu, seperti 50-100 tahun yang lalu. Dimana pepohonan masih rindang
dan hijau. Dimana ekosistem dan biota laut masih lengkap dan alami. Dimana
belum ada cerobong asap yang berdiri dengan angkuh untuk menyiksa paru-paru
manusia. Dimana udara masih bersih, dan juga iklim masih sangat menyayangi
sahabatnya, manusia. Juga manusia masih menggunakan kendaraan tradisional yang
tidak akan mungkin mencemari lingkungan. Saya turut berduka cita atas keadaan
alam yang semakin hari kian terpuruk. Terutama tentang perkampungan kumuh di
pinggir sungai, masalah penanganan sampah di sekitar kota, kesadaran manusia
tentang pencemaran sampah di darat maupun laut. Bagaimana jika seminggu sekali
dijadikan hari nasional untuk diberlakukannya peraturan membersihkan sampah di
lingkungan sekitar kita. Setiap orang wajib bertanggung jawab atas lingkungan
di sekitarnya pada hari itu. Pejabat sampai rakyat kelas bawah pun harus ikut
berpartisipasi dalam kegiatan ini. Setiap orang yang masih memiliki cukup
tenaga harus membersihkan sampah di sungai, selokan, lautan dengan bergotong
royong. Apabila setiap orang tidak bersedia tanpa alasan tertentu, maka akan
dijatuhi sanksi tersendiri.
Kedua, saya ingin KKN dihapuskan dari
dunia ini, terutama di Indonesia sendiri yang dengan bangga masih menyangga titel
salah satu negara terkorup di dunia. Korupsi selama ini sudah sangat
menyengsarakan rakyat. Yang miskin akan semakin miskin, dan yang kaya semakin
kaya. Membungkam pelan-pelan hak yang seharusnya disuarakan oleh rakyat
Indonesia. Memupus pelan-pelan harapan rakyat Indonesia untuk selangkah lebih
maju. Masih begitu banyak orang-orang yang hidup di daerah terpencil yang belum
bisa menikmati apa arti hidup sesungguhnya. Mereka semua terkekang oleh jerat
korupsi yang dilakukan petinggi kelas atas. Mereka sudah merampas secara laten
hak yang dimiliki oleh rakyat kelas bawah. Korupsi sama saja menikam
saudara-saudara kita dari belakang. Itu sangat menyakitkan dan tidak manusiawi.
Koruptor-koruptor harus dihukum di sebuah pulau terpencil dan tidak
berpenghuni. Disana mereka akan di didik untuk bertanggung jawab dan menghargai
kehidupan. Dengan demikian mereka akan merasa jera melakukan hal tersebut.
Ketiga, mengenai pendidikan. Jika kita
perhatikan benar-benar, sudah layakkah pendidikan di Indonesia?
Menurut
saya pribadi, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dari kata layak. Masih
banyak orang Indonesia yang masih tersisihkan. Padahal jika sekian banyak
individu yang tersisihkan itu diberi kesempatan yang besar untuk mengembangkan
potensinya, maka mereka bisa menjadi orang yang sangat berpengaruh bagi bangsa
ini. Lagi-lagi mereka tidak mendapatkan hak untuk diberikan pendidikan yang
setara. Justru mereka malah lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan karena
kesulitan ekonomi yang menjerat mereka. Jika banyak orang yang berpikir untuk
mau terjun langsung ke desa-desa terpencil dan mengajar disana, tentu keadaan
pendidikan Indonesia tak akan seburuk seperti sekarang ini. Pemimpin negara dan
petinggi lain seharusnya juga memperhatikan hal sekecil apapun dengan
kunjungan-kunjungan rutinnya ke daerah-daerah. Jangan cuma melakukan kunjungan
ke luar negeri dan kota-kota besar saja yang memiliki fasilitas serba mewadahi.
Mereka juga butuh perhatian dan kasih sayang seperti orang-orang lain di kota
besar. Jika kita melihat sistem pendikan di negara-negara maju, mereka lebih
condong untuk mengoptimalkan kemampuan vokasional maupun akademik masing-masing
orang di sekolah khusus bidangnya. Setiap anak bisa terdeteksi di bidangnya
masing-masing dengan cara tertentu. Jauh berbeda dengan Indonesia yang menuntut
semua pelajar untuk menguasai semua pelajaran. Akibatnya, setiap individu
kurang bisa mengoptimalkan kemampuannya yang berpotensi besar.
Keempat,
andaikan saja di setiap ruas jalan di seluruh Indonesia diberikan kotak saran
yang setiap empat hari sekali dikumpulkan untuk disetorkan ke lembaga baru yang
bertugas untuk menampung aspirasi-aspirasi rakyat Indonesia secara khusus. Ini
nantinya akan digunakan untuk bekal pembangunan Indonesia yang lebih baik. Atau
kalau mungkin, orang-orang boleh menyampaikan aspirasinya dengan kata-kata yang
sopan dan tidak mengandung SARA melalui media sosial di website lembaga
tersebut. Pemerintah juga harus berbesar hati untuk mempertimbangkan kritik dan
saran dari seluruh rakyat Indonesia.
Kelima,
perlu adanya pembatasan penyempitan lahan persawahan untuk pembangunan
perumahan. Undang-undang yang berkaitan dengan hal itu harus ditegakkan.
Meskipun akan menuai banyak kontroversi, tapi jika hal tersebut dibiarkan
terus-menerus, Indonesia akan menjadi negara miskin yang terus mengimpor beras
dari negara lain. Kalau tidak ada solusi lain, seperti penanaman padi secara
hidroponik di lahan sempit dan bertingkat, maka mau tidak mau peraturan
tersebut harus ditegakkan.
Keenam,
saya ingin menyampaikan permintaan maaf, apabila di dalam opini saya ini
mengundang banyak kontroversi karena menyinggung pihak-pihak tertentu. Sebenarnya
masih banyak hal yang ingin saya utarakan. Namun, tidak dapat saya tuliskan
disini. Dulu, orang dilarang beropini melalui media sosial, tapi saya hanya
seorang remaja yang ingin mengutarakan pemikiran yang selama ini saya pendam
sendiri. Jadi dengan permintaan maaf ini saya minta orang yang membaca tulisan
ini agar berbesar hati dan tidak merasa tersinggung. Terima Kasih. :D
0 komentar:
Posting Komentar